Selasa, 24 Januari 2012

Cara Pembelajaran Matematika



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia
yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin
dari rendahnya rata-rata hasil belajar. Masalah lain dalam pendidikan di
Indonesia yang juga banyak diperbincangkan adalah bahwa pendekatan dalam
pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak
menempatkan siswa sebagai obyek dan bukan sebagai subyek didik. Pendidikan
kita kurang memberikan kesempatan pada siswa dalam berbagai mata pelajaran
untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif,
objektif, dan logis. Belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu
paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan
belajar secara individual.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan
satu sama lain. Belajar menunjukkan kepada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai penerima pelajaran (siswa), sedangkan mengajar menunjukkan kepada
apa yang harus dilakukan oleh seorang guru yang menjadi pengajar. Jadi belajar
mengajar merupakan proses interaksi antara guru dan siswa pada saat proses
pengajaran. Proses pengajaran akan berhasil selain ditentukan oleh kemampuan
guru dalam menentukan metode dan alat yang digunakan dalam pengajaran, juga
ditentukan oleh minat belajar siswa.
Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menerangkan
materi matematika kurang jelas dan kurang menarik perhatian siswa dan pada
umumnya guru terlalu cepat dalam menerangkan materi pelajaran. Di samping itu
penggunaan metode pengajaran yang salah. Sehingga siswa dalam memahami
dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung
rendah. Berdasarkan observasi di kelas kelemahan belajar matematika di kelas V
SD N 3 Keden adalah (1) siswa tidak mampu menguasai hubungan antar konsep,
(2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru, (3) siswa kurang
dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya tentang materi
yang belum dimengerti.
Masalah-masalah di atas merupakan masalah-masalah pendekatan
pembelajaran, belum lagi masalah-masalah dari siswa itu sendiri. Terutama pada
pelajaran matematika, mengingat pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang terkenal sulit dan memerlukan logika berpikir yang tinggi, selain
itu juga dikhawatirkan aktivitas belajar matematika terganggu, jika suasana
pembelajaran matematika tidak menyenangkan.
Pelajaran matematika bagi sebagian besar siswa adalah mata pelajaran
yang sulit, ini merupakan masalah utama yang dihadapi oleh para guru
matematika. Rendahnya hasil belajar matematika karena adanya berbagai cap
negatif telah melekat di benak siswa berkenaan dengan pelajaran matematika,
yang bisa jadi itu semua dimunculkan dari guru baik secara langsung maupun
tidak langsung, disadari atau tidak disadari.
Proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai anak menguasai materi pelajaran secara tuntas
akibatnya tidak aneh bila banyak siswa yang tidak menguasai materi pelajaran,
meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolahan tidak heran pula, kalau mutu
pendidikan secara nasional masih rendah. Sistem persekolahan yang tidak
memberikan pembelajaran secara tuntas, ini telah menyebabkan pemborosan
anggaran pendidikan.
Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika adalah melalui pendekatan belajar tuntas (mastery
learning). Untuk dapat melakanakan pembelajaran matematika dengan
pendekatan belajar tuntas maka diperlukan adanya kerja sama antara guru
matematika dan peneliti yaitu melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Proses
PTK ini memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru matematika untuk
mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat
dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian proses pembelajaran
matematika di sekolah yang menerapkan pembelajaran dengan melalui
pendekatan belajar tuntas, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi
masalah-masalah yang terjadi sebagai berikut :
1. Siswa menganggap pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit
sehingga masih rendahnya hasil belajar siswa.
2. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah matematika karena
pemahaman materi yang masih kurang.
3. Kurang tepatnya pendekatan belajar yang digunakan guru di dalam
menyampaikan materi ajar.
4. Pendekatan belajar tuntas merupakan alternatif metode yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah
Permasalahn penelitian ini difokuskan pada pembelajaran dengan metode
belajar tuntas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

D. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan
pembatasan masalah yang telah dikemukakan tersebut sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembelajaran matematika dengan metode belajar tuntas
yang diterapkan di sekolah dasar ?
2. Adakah peningkatan hasil belajar matematika siswa selama proses
pembelajaran melalui metode belajar tuntas ?

E. Tujuan Penelitian
Memperhatikan masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran
diperlukan usaha-usaha agar terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Tujuan
penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika di sekolah dasar
kelas V dengan pendekatan belajar tuntas.
2. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V sekolah dasar
selama proses pembelajaran melalui pendekatan belajar tuntas (mastery
learning).

F. Manfaat Penelitian
Sebagai penelitian tindakan kelas, penelitian ini memberikan manfaat
konseptual utamanya pada pembelajaran, disamping itu juga kepada penelitian
hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika.
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian diharapkan secara teoritis dapat
memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada
peningkatan hasil belajar siswa melalui pendekatan belajar tuntas dalam
pembelajaran matematika.
Mengingat pentingnya pendekatan belajar tuntas dalam pembelajaran
matematika dan peranannya cukup besar bagi siswa dalam hal meningkatkan
hasil belajar matematika, oleh karenanya wajar jika guru mempunyai
keyakinan untuk menerapkannya pada pembelajaran matematika.
Secara khusus, penelitian ini memberikan kontribusi pada strategi
pembelajaran matematika berupa pergeseran dari pembelajaran yang hanya
mementingkan hasil pembelajarannya saja tetapi juga mementingkan
prosesnya karena dalam pembelajaran disarankan untuk menggunakan
paradigma belajar yang menunjukkan kepada proses untuk meningkatkan
hasil.
2. Manfaat Praktis
Pada manfaat praktis, penelitian ini memberikan sumbangan bagi guru
matematika dan siswa. Bagi guru matematika, belajar tuntas dapat digunakan
untuk menyelenggarakan pembelajaran yang inovatif dan kreatif. Bagi siswa,
proses pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang
matematika.






BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas mengenai tinjauan pustaka, tinjauan teori,
kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Pada tinjauan pustaka akan dibahas
mengenai hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan pembelajaran dengan
pendekatan belajar tuntas, sedangkan pada tinjauan teori akan dibahas mengenai
teori-teori yang sudah diambil dari buku-buku, majalah yang merupakan pendapat
dari tokoh dan yang relevan. Pada kerangka pemikiran merupakan langkah-langkah
untuk menjawab permasalahan yang ada. Pengajuan hipotesis penelitian berdasarkan
refleksi tinjauan pustaka, tinjauan teori dan kerangka pemikiran yang telah
disesuaikan, dan hipotesis ini adalah permasalahan yang akan diuji.

A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan ada hubungannya dengan
penelitian yang hendak dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suradi (2006) tentang peningkatan minat
belajar siswa melalui belajar tuntas, metode ini mampu meningkatkan minat
belajar, karena melalui metode ini siswa dapat melihat dan mengamati secara
langung proses yang ditunjukkan oleh guru, sehingga lebih berkuasa dan
membekas dalam hati para siswa.
Penelitian yang dilakukan Ana Rahmi B (2007) tentang penerapan belajar
tuntas dalam metode kooperatif menyimpulkan bahwa melalui penerapan metode
ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
7
Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Astuti (2007) tentang pemberian
tindakan-tindakan pengajaran yang efektif dari perencanaan pelaksanan tindakan
dan evaluasi yang dilakukan guru matematika dan peneliti mampu meningkatkan
kreativitas siswa.
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryamah (2007) tentang
pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas dapat meningkatkan pemahaman
konsep, karena guru memberikan langkah-langkah dengan jelas dan selalu
mengingatkan siswa untuk mempelajari materi ajar yang telah dibahas maupun
yang belum dibahas.
Dari penelitian di atas menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan metode mengajar yang sesuai dapat
membantu siswa untuk keberhasilan belajarnya. Penelitian di atas berbeda
dengan penelitian yang penulis lakukan. Pada penelitian ini penulis menekankan
pada peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan belajar tuntas
1. Hakekat Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:12)
pembelajaran dapat didefinisikan suatu proses dimana suatu kegiatan
berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu yang dihadapi dengan
keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas
tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungankecenderungan
reaksi asli, kematangan atau perubahan-perubahan
sementara dari organisme. Pembelajaran juga merupakan suatu kegiatan
seni untuk mendorong orang untuk melakukan sesuatu.
Menurut Martinis Yamin (2005:3) mengajar berarti partisipasi
dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari
kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi. Dengan demikian
mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.
Menurut Hilgrad dan Bower, 1966 dalam (Jogiyanto,2006:10)
Pembelajaran yang baik mempunyai sasaran yang seharusnya berfokus
pada hal-hal sebagai berikut:
1) Meningkatkan kualitas berpikir yaitu berpikir dengan efisien,
konstruktif, mampu melakukan judmen (judment) dan keaktifan.
2) Meningkatan attitude of mind, yaitu menekankan pada
keingintahuan, aspirasi-aspirasi dan penemuan-penemuan.
3) Meningkatkan kualitas personal yaitu karakter, sensitivitas,
integritas dan tanggungjawab.
4) Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan konsep dan
pengetahuan-pengetahuan di situasi yang spesifik.
b. Langkah-langkah pembelajaran
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah sebagai berikut:
1) Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri
2) Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tertentu.
3) Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan
pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.
4) Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan dan
melakukan revisi
Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan
sebagai berikut :
1) Mempelajari keadaan kelas, guru mencari dan menemukan perilaku
siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat,
Sedangkan perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi
2) Membuat daftar penguat positif, guru mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa. Perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan luar
sekolah yang dapat dijadikan penguat.
3) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta
jenis penguatnya.
4) Membuat program pembelajaran
Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku yang dikehendaki,
penguatan, waktu, mempelajari perilaku dan evaluasi.
5) Pembelajaran matematika
Istilah pembelajaran menekankan pada siswa belajar dan
pengajaran menekankan pada guru mengajar. Dalam proses
pembelajaran di kelas supaya lebih hidup dan aktivitas belajar siswa
yang diutamakan maka lebih tepat digunakan istilah bukan
pengajaran.
Pembelajaran Matematika adalah suatu proses tidak hanya
mendapat informasi dari guru tetapi banyak kegiatan maupun
tindakan dilakukan terutama bila diinginkan hasil belajar yang lebih
baik pada diri peserta didik. Belajar pada intinya tertumpu pada
kegiatan memberi kemungkinan kepada peserta didik agar terjadi
proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil yang sesuai
tujuan.
2. Belajar Tuntas
a. Pengertian dan Kriteria Belajar Tuntas
Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar bahan
yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96)
Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara
perseorangan maupun kelompok atau dengan kata lain penguasaan
penuh.
Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan 75%
sampai 90% siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan
kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal. Maksud lain dari belajar
tuntas adalah untuk meningkatkan efisiensi belajar, minat belajar, dan
sikap siswa yang positif terhadap materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Oleh karena itu, taraf penguasaan minimal memiliki
kriteria yaitu pencapaian 75% dari materi setiap pokok bahasan dengan
melalui penilaian formatif, mencapai 60% dari nilai ideal yang
diperolehnya melalui perhitungan hasil tes sub-sumatif, dan kokurikuler
atau siswa memperoleh nilai enam dalam rapor untuk mata pelajaran
tersebut.
Masalah yang sangat penting yang kita hadapi adalah bagaimana
usaha kita agar sebagian besar dari siswa dapat belajar dengan efektif dan
menguasai bahan pelajaran dan keterampilan-keterampilan yang dianggap
esensial bagi perkembangannya.
Bila kita ingin agar seseorang mau belajar terus sepanjang
hidupnya, maka pelajaran di sekolah harus merupakan pengalaman yang
menyenangkan baginya. Bermacam-macam usaha yang dapat dijalankan
yang pada pokoknya berkisar pada usaha untuk memberi bantuan
individual menurut kebutuhan dan perbedaan masing-masing. Dalam
usaha itu harus turut diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi
penguasaan penuh yaitu bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu
pengajaran, kesanggupan untuk memahami pengajaran, ketekunan, dan
waktu yang tersedia untuk belajar.
Cara yang rasanya paling efektif adalah adanya tutor untuk setiap
anak yang dapat memberi bantuan menurut kebutuhan anak. Cara ini
tentunya mahal sekali dan sukar dilaksanakan di sekolah. Walaupun tidak
dapat dilaksanakan atas pertimbangan biaya, namun dapat dijadikan
sebagai modal bagi usaha-usaha lainnya. Untuk mencapai penguasaan
penuh seperti dilakukan pada apa yang disebut “non-grade school”, yaitu
sekolah tanpa tingkat kelas. Sistem ini memungkinkan anak untuk maju
terus menurut kecepatan masing-masing.
Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat
bagi penguasaan itu. Salah satu prasyaratnya adalah merumuskan secara
khusus bahan yang harus dikuasai dan tujuan itu harus dituangkan dalam
suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat
keberhasilan siswa.
b. Variabel Strategi Belajar Tuntas
Berdasarkan penemuan, John Carrol (dalam Suryosubroto, 2002:
102) merumuskan bahwa belajar tuntas ditentukan oleh variabel-variabel
sebagai berikut :
1) Bakat (Attitude)
Bakat adalah sejumlah waktu yang diminta oleh siswa untuk
mencapai penguasaan suatu tugas pelajaran.
2) Ketekunan (Perseverance)
Ketekunan sebagai waktu yang diinginkan oleh siswa untuk belajar.
3) Kualitas pengajaran (Quality of Instruction)
Kualitas pengajaran ditentukan oleh unsur-unsur tugas belajar. Yang
perlu diperhatikan adalah mengembangkan metode-metode mengajar
yang sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas siswa secara individual
sehingga dapat menghasilkan tingkat penguasaan bahan yang hampir
sama pada semua siswa yang berbeda-beda bakatnya.
4) Kemampuan untuk menerima pelajaran (Ability to Understand
Intsuction)
Kesanggupan atau kemampuan untuk memiliki dan memahami
pelajaran berkaitan erat dengan kemampuan untuk mengerti bahan
lisan dan tulisan. Kemampuan untuk mengerti bahan lisan erat dengan
hasil guru, sedangkan kemampuan untuk mengerti bahan tulisan
(kemampuan membaca) banyak ditentukan oleh cara penyusunan
buku. Untuk itu guru perlu memperhatikan kebutuhan siswa sehingga
hasil yang ia capai berada pada jangkauan kemampuan pengertian
siswa.
5) Kesempatan yang Tersedia untuk Belajar (Time Allowed for
Learning)
Alokasi waktu tiap bidang situasi telah ditentukan dalam kurikulum
yang tentunya telah disesuaikan dengan kebutuhan waktu belajar
siswa dan perkembangan jiwanya.
c. Ciri-ciri Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tuntas
1) Pengajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditentukan terlebih dahulu.
Ini berarti bahwa tujuan dari strategi belajar mengajar adalah
agar hampir semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan
pendidikan.
2) Memperhatikan perbedaan individu
Yang dimaksud dengan perbedaan disini adalah perbedaan siswa
dalam diri serta laju belajarnya.
3) Evaluasi dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria
Evaluasi dilakukan secara kontinyu (continuous evaluation) ini
diperlukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat/segera,
sering dan sistematis. Evaluasi mengenal 2 macam bentuk yaitu
evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
4) Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan.
Program perbaikan dan program pengayaan adalah sebagai
akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan
kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan belajar
mengajar siswa dan administrasi sekolah.
5) Menggunakan prinsip siswa belajar aktif
Cara belajar demikian mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan ketrampilan kognitif. Ketrampilan “manual”
kreativitas dan logika berpikir.
6) Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
Pembagian unit pelajaran menjadi bagian-bagian kecil ini sangat
diperlukan guna dapat memperoleh umpan balik secepat mungkin.
2. Pembelajaran Matematika Dengan Belajar Tuntas
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah anak didik
mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (yakni dalam
pemilihan metode mengajar) maupun bagi siswa (dalam memilih strategi
belajar). Dengan demikian makin baik metode yang digunakan, akan makin
efektif pula pencapaian tujuan belajar. Metode pembelajaran merupakan
penjabaran daru pendekatan dan implementasi oleh teknik pembelajaran.
Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peran utama, yang
berakhir pada semakin meningkatnya hasil belajar siswa. Pembelajaran tuntas
(mastery learning) dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang
mempersyaratkan siswa menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi
maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sejumlah temuan selama kegiatan penelitian tindakan, terutama dari proses
tindakan yang dikembangkan oleh peneliti dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dalam proses pembelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan hasil
belajar siswa adalah dengan menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery
learning), tindakan yang dilakuan guru adalah :
a. Memberitahukan tujuan pembelajaran, inti materi ajar, dan kegiatan yang
akan dilakukan.
b. Menyampaikan materi ajar secara sistematis dan jelas sesuai dengan
pendekatan belajar tuntas (mastery learning).
c. Guru menggunakan model belajar klasikal, kelompok, dan individual.
d. Guru bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa dalam proses
pembelajaran.
e. Memberi petunjuk langkah-langkah pengerjaan pada setiap soal yang
dianggap sulit.
f. Selalu mengingatkan siswa mengulangi materi ajar yang sudah dibahas
dan mempelajari terlebih dahulu materi ajar yang akan dibahas.
g. Mendorong semangat belajar siswa agar menumbuhkan minat belajar
siswa.
h. Membantu siswa memperbaiki kesalahannya, dengan sikap ramah,
simpati dan terbuka

B. Saran
Berdasarkan temuan penelitian tindakan kelas ini maka dalam usaha
peningkatan hasil belajar siswa kelas V diajukan sejumlah saran sebagai berikut :
1. Terhadap Guru
a. Guru selalu memberikan latihan secara kontinyu dengan bimbingan
seperlunya untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.
b. Dalam menghadapi tugas sehari-hari perlu berkolaborasi dengan sesama
guru untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
pembelajaran khususnya dalam menangani hasil belajar siswa dalam
pembelajaran matematika